Kapanlagi Kepo - Masih ingat program televisi 'Bedah Rumah'?
Ya, program yang menyuguhkan harapan renovasi rumah bagi orang tidak mampu.
Tampaknya kisah itu tidak hanya tersaji di layar televisi tetapi juga di kehidupan seorang nenek sebatang kara ini.
Seorang nenek bernama Enung, 56, ini menerima nasib baik setelah rumahnya menerima 'hadiah' bedah rumah oleh sekelompok anak dermawan.
Kisah inspiratif ini datang dari para siswa SD Negeri 1 Gunung Karung, Kecamatan Maniis, Purwakarta.
Mereka miris melihat tempat tinggal nenek Enung yang persis di depan sekolah mereka.
Rumah itu sudah hampir rubuh lapuk dimakan usia.
Tiang penyangganya hampir habis dmakan reyap.
Sedangkan nenek Enung hanya tinggal sebatang kara di rumah gubuknya.
Kendati masih belia mereka telah menunjukan kepedulian terhadap sesama.
Siswa ini mengusulkan kepada guru mereka agar memperbaiki rumah nenek itu.
Niat baik itu langusng disambut baik sang guru dan ditindak lanjuti aksi nyata berupa mengelar iuran bersama.
Siswa SD itu pun kompak iuran untuk memperbaiki rumah Enung.
Kerjasama dan kekompakan siswa dan guru di SD Negeri Gunung Karung I menjalankan kebijakan beras perelek secara bertahap mulai bermanfaat bagi warga kurang mampu di sekitar sekolah.
Seperti dilansir dari media lokal, Selasa (10/10/2017), beras Perelek adalah tradisi kearifan lokal di Jawa Barat (Jabar) yang diadopsi dalam kebijakan Pemkab Purwakarta sejak setahun terakhir.
Tradisi itu menekankan gotong royong dalam bentuk pengumpulan beras oleh warga.
Selain mengumpulkan beras, warga juga bisa menyumbang uang seikhlasnya.
Setelah terkumpul, uang atau beras didistribusikan pada warga yang membutuhkan.
Kerjasama siswa dan guru di SD itu dalam menjalankan beras perelek, saat ini mampu merehabilitasi rumah nenek Enung.
"Kami amini keinginan mereka untuk merehab rumah ibu Enung dengan dibantu kepala sekolah dan guru, alhamdullilah secara bertahap rumah bu Enung bisa direhabilitasi," ujar Kepala SD I Gunung Karung Yayan Rusyana ketika ditemui di SDN I Gunung Karung Maniis Purwakarta, Minggu (9/10).
Dari pengumpulan beras perelek, terkumpul setiap bulannya Rp 500 ribu dan perbaikannya kami lakukan secara periodik," ujar dia.
Yayan menargetkan perbaikan rumah tersebut bisa selesai dalam waktu tiga bulan.
Saat ini, perbaikan masih berjalan.
"Baru 40 persen tetapi targetnya dalam tiga bulan sudah selesai," katanya.
Dipilihnya rumah Ibu enung bukan tanpa alasan, menurut salah seorang siswa kelas VI SDN I Gunung Karung, Iwan (12), karena rumah itu selalu dilewati siswa saat hendak masuk atau pulang sekolah.
"Kasian mau roboh kami minta aja ke sekolah buat sekalian bantu juga, selain memberikan beras pada teman kurang mampu," kata Iwan yang rumahnya tidak jauh dari lokasi sekolah.
Artikel ini merupakan tulisan pembaca KapanLagi.com. Penggunaan konten milik pihak lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika Anda keberatan dengan tulisan yang dimuat di KapanLagi Kepo atau memiliki kabar dan tulisan untuk dimuat di KapanLagi Kepo, silakan menghubungi Redaksi KapanLagi.com melalui kepo[@]kapanlagi[dot]net atau membaca Syarat dan Ketentuan.
Komentar